38-49 Renungan Kisah Sengsara - Derita Salib

RENUNGAN KISAH SENGSARA

TUHAN KITA YESUS KRISTUS

 

49 Peristiwa/Perhentian dari Taman Zaitun hingga Bukit Kalvari – J.Love

Komunitas Kerahiman Cinta – www.kerahiman-cinta.com

Cetakan ke 1-2015

 

Mantra meditasi cinta kasih ilahi oleh Rm.Maximilian Mito, ErDio

 

11. Tema penyerahan diri

5 6   1                                  2   3

Aku mengasihi dan menyembahMu Tuhan

3    2  1                                            7    6

Oh Yesus, aku mengasihi dan menyembahMu

5    6    7                                6 5

Engkaulah Sumber Cinta Kasih Allah

5    6   3                                                   5 6  

Ke dalam nyala cintaMu, aku menyerahkan diri

 

22. Tema pertobatan dan Kerahiman Ilahi

Aku mengasihi dan menyembahMu Tuhan

Oh Yesus, aku mengasihi dan menyembahMu

Engkaulah Sumber Kerahiman Ilahi

Kasihanilah aku orang berdosa ini

 

33. Tema Penyembuhan dan Penyucian diri

Aku mengasihi dan menyembahMu Tuhan

Oh Yesus, aku mengasihi dan menyembahMu

Engkaulah Sumber Kasih Allah yang menyembuhkan

Sembuhkan dan sucikan daku dengan nyala cintaMu

 

4.  Tema Mohon Kekuatan

Aku mengasihi dan menyembahMu Tuhan

Oh Yesus, aku mengasihi dan menyembahMu

Engkaulah Sumber Cinta Kasih Allah

Nyala cintaMu menyegarkan dan menguatkanku

 

54. Tema Melupakan diri dan mohon cinta akan Tuhan

Aku mengasihi dan menyembahMu Tuhan

Oh Yesus, aku mengasihi dan menyembahMu

Bakarlah habis cinta diri dalamku

Kobarkan dalam jiwaku cinta akan Dikau dan SalibMu

 

Derita salib – 12 Peristiwa

Bagian terakhir dari segala sengsara Yesus adalah disalibkan. Dimulai dari tangan yang dipaku hingga wafat di salib. Namun derita ini masih terus berlanjut bagi Bunda Maria dan para shabat Yesus yang mengantarNya hingga ke pemakaman.

 

38. Tangan dipaku pada salib

39. Kaki dipaku pada salib

40. Salib dibalik

41. Salib dipancangkan

42. Penjahat besar diampuni

43. Maria menjadi Bunda semua

44. Dalam kegelapan pekat

45. Kehausan

46. Wafat di kayu salib

47. Lambung ditikam

48. Dalam pangkuan Bunda Maria

49. Dimakamkan




38. TANGAN DIPAKU PADA SALIB

Kedua tangan Yesus dipaku dengan direnggangkan yang merobek urat saraf.


Seorang prajurit pembantu melutut di atas dada Yesus. Seorang lagi memegang tangan kanan Yesus, dan prajurit ketiga memaku tangan kanan Yesus dengan sebuah paku besar. Yesus meneriakkan satu erangan yang dalam dan tertahan. Setelah itu, mereka kemudian menarik lengan kiri-Nya hingga urat-urat saraf robek dan sendi-sendi lengan serta dada-Nya terlepas. Itu dilakukan agar tangan kiri Yesus dapat mencapai lubang paku yang telah dipersiapkan pada salib. Kemudian, dengan proses yang sama, mereka memaku tangan kiri Yesus pada salib. Perlakuan ngeri ini membuat Yesus amat kesakitan.


Dipaku pada salib sudah merupakan sebuah siksaan, apalagi jika direnggangkan hingga urat saraf robek dan sendi terlepas. Sungguh menyakitkan. Inilah silih atas semua perbuatan dosa yang dilakukan dengan menggunakan tangan kita. Atas semua tulisan dan tanda tangan yang bertentangan dengan hukum Tuhan. Atas segala kekerasan dan segala hal yang dilakukan oleh tangan kita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Juga atas dosa dari keengganan kita menggunakan tangan kita untuk berbuat kebaikan dan keadilan. Atas segala dosa kemalasan dan kelambanan.





39. KAKI DIPAKU PADA SALIB

Kaki Yesus ditarik paksa dengan kencang, lalu dipaku pada papan salib.


Tubuh Yesus tertarik ke atas akibat kedua lengan-Nya yang direnggangkan secara paksa. Hal ini membuat kaki Yesus tidak dapat mencapai papan kayu yang telah dipasang bagi tumpuan kaki-Nya. Maka mereka melilitkan tali pada kaki-Nya dan menariknya sekencang mungkin, lalu mengikatnya erat-erat. Perlakuan ini merobek urat-urat syaraf bahkan tulang-tulang dada terlepas dari persendiannya dan menyebabkan sakit yang amat sangat. Mereka kemudian melubangi kedua kaki Yesus dengan semacam alat tusuk lalu menumpangkan kaki kiri di atas kaki kanan dan memaku keduanya sekaligus dengan paku yang panjang.


Semua manusia memiliki kehendak bebas yang merupakan citra Allah yang agung. Sayangnya, kehendak bebas ini seringkali digunakan untuk berbuat dosa dan bukan untuk berbuat kasih. Untuk memilih yang jahat dan bukan yang baik. Yesus terikat kuat pada salib dan tak dapat bergerak sedikitpun oleh karena segala perenggangan yang dipaksakan. Inilah silih bagi kehendak bebas manusia yang dipergunakan untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan cinta kasih. Untuk segala perbuatan bebas manusia yang tidak bertanggung jawab. Namun, pada akhir jaman, segala perbuatan ini haruslah kita pertanggung jawabkan di hadapan Hakim segala Hakim.




 

40. SALIB DIBALIK

Yesus terikat pada salib yang dibalik ke bawah untuk mengencangkan paku.


Para prajurit membalikkan salib untuk mengencangkan paku-paku agar tidak terlepas oleh berat tubuh Yesus dan membuat-Nya jatuh. Tubuh Yesus terhimpit antara salib yang berat dan tanah Kalvari. Namun atas permintaan Bunda Maria yang memohon dengan sangat kepada Allah Bapa, legion para malaikat turun dari surga untuk menyembah Yesus dan menopang tubuh kudus-Nya agar tak menyentuh tanah dan untuk menghindarkannya dari tindihan beban salib yang berat.


“Marilah kamu yang letih lesu dan berbeban berat, datanglah pada-Ku, Aku akan memberi kelegaan padamu”. Sabda Tuhan tak pernah diingkari. Bila kita tertindih beban berat, mari datang kepada Yesus. Dia tidak akan membiarkan kita tertindih antara salib dan bumi. Yesus akan memberi kelegaan kepada kita sebagaimana para malaikat menopang tubuhNya. Begitupun dengan Bunda kita terkasih yang pasti akan berseru kepada Bapa untuk menolong kita. Dalam memanggul salib di bumi ini, kita tak pernah sendiri. Yesus selalu ada untuk mendampingi dan menolong kita. Maka, tetaplah setia pada salib sekalipun kita terjatuh dan tertindih oleh beban salib.



41. SALIB DIPANCANGKAN

Yesus sangat kesakitan saat salib diangkat, terayun dan dipancangkan ke bumi.


Dengan bantuan tali temali, salib diangkat, terayun sejenak dan jatuh ke dalam lubang yang telah dipersiapkan dengan suatu dentuman keras. Mereka kemudian menggeser-geser salib agar menancap kuat ke dalam lubang. Segala perlakuan ini membuat luka-luka Yesus kembali terkoyak parah. Darah memancar baik dari kepala yang tertembus mahkota duri maupun dari kedua tangan dan kaki. Tulang-tulang-Nya yang setengah terlepas dari engselnya saling bertumbukkan. Rasa sakit yang luar biasa menyebabkan Yesus menundukkan kepala dan seolah mati lebih dari tujuh menit.


Saat salib ditegakkan di atas bumi, derita Yesus seolah mencapai puncaknya, namun inilah saat tahta kemuliaan Tuhan kita ditegakkan. Sesuatu yang dipandang sangat hina pada waktu itu sesungguhnya adalah sesuatu yang amat mulia. Para malaikat bersembah sujud di hadapan tahta Cinta. Manusia yang penuh sengsara itu adalah Tuhan yang menanggung seluruh dosa manusia. Dia dihinakan, disiksa, dipaku dan terikat oleh dosa-dosa kita. Lihatlah salib mulia yang tegak berdiri. Itulah Tuhan yang telah mengambil alih seluruh dosa kita dengan sengsara yang begitu dahsyat. Tak ada yang mencintai kita lebih besar dari Yesus. Marilah kita bersembah sujud dan mengucap syukur tanpa henti.




42. PENJAHAT BESAR DIAMPUNI

Yesus mengampuni penjahat besar di sebelah kanan-Nya yang bertobat.


Penjahat di sebelah kanan Yesus amat tersentuh ketika mendengar Yesus berdoa. “Ya Bapa, ampunilah dosa mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Penjahat ini memperoleh pencerahan dan meski kondisi Yesus saat itu sungguh mengenaskan, ia dapat melihat dengan mata iman yang jelas bahwa Yesus adalah raja. Ia menyesali dan mengakukan segala dosanya kepada Yesus. Iman yang luar biasa ini dibalas Yesus dengan menjanjikan Firdaus pada hari itu juga. Diliputi tobat sempurna, penjahat in mengucap syukur atas rahmat yang baru saja ia peroleh.


Bagaimana penjahat ini dapat menyakini Yesus sebagai raja sedangkan Yesus tersalib tanpa daya bersama dia. Sungguh sulit untuk dapat mengimani bahwa Yesus adalah raja dalam kondisi yang begitu direndahkan dan dihinakan. Namun iman penjahat ini sungguh luar biasa dan melampaui akal sehat. Betapa kita harus malu pada penjahat besar ini karena kerap kali kita meragukan pertolongan dan cinta Tuhan kepada kita. Kerap kali kita putus asa saat dihadapkan pada hal atau masalah yang seolah melampaui kesanggupan kita. Padahal, seandainya kita mampu meneladan iman penjahat ini, Tuhan menjanjikan Firdaus bagi kita setiap hari. Betapa indahnya!




43. MARIA MENJADI BUNDA SEMUA

Yesus memberikan Maria sebagai Bunda Yohanes yang mewakili semua anak-Nya.


Saat itu kegelapan meliputi Kalvari. Bunda Maria dan Yohanes berdiri dekat salib. Yesus menatap mereka dengan cinta kasih yang penuh kelembutan. Yesus berkata kepada Bunda Maria, “Perempuan, inilah anakmu”, dan kepada Yohanes, “Inilah ibumu.” Yohanes memberikan salam hormat dengan penuh kasih kepada Maria yang sejak saat itu diterimanya sebagai bundanya yang terkasih dan Maria pun tinggal di rumah Yohanes.


Betapa manisnya hadiah dari Yesus ini disaat ajal menjelang. Bunda Maria adalah yang paling dicintai Yesus di dunia ini, namun Ia memberikan milik-Nya yang paling dikasihiNya ini kepada gereja-Nya, mempelai-Nya yang juga amat dikasihi-Nya. Sungguh pemberian yang amat berharga, sebab Bunda Maria adalah ibu yang terbaik, terlembut, termanis, tersuci, dan penuh perhatian dengan cinta yang tulus kepada setiap anaknya. Ratu Surgawi sungguh telah menjadi ibu kita yang hina ini. Betapa indahnya bahwa setiap saat kita dapat berseru kepadanya, memohon rahmat dan pertolongannya, doa serta perlindungannya.




44. DALAM KEGELAPAN PEKAT

Jiwa Yesus diliputi dukacita, kegelapan dan kepahitan yang tak terkatakan.


Kegelapan di Kalvari semakin pekat. Semua orang menjauh dari salib Yesus. Jiwa Yesus diliputi dukacita dan kepahitan yang amat sangat. Bagi Yesus segalanya tampak gelap, suram dan mengenaskan. Dalam keadaan terikat tanpa daya, tanpa bisa bergerak sendiri pun. Yesus dijauhkan dari segala penghiburan ilahi maupun manusiawi. Yesus merasa ditinggalkan oleh Allah Bapa hingga Ia berseru, “Allah-Ku, Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Sungguh sengsara batin yang tidak terlukiskan yang harus dilalui Yesus seorang diri dan hanya ditopang oleh iman, harapan dan kasih.


Dari sengsara pahit Yesus inilah, kita mendapatkan rahmat untuk melawan berbagai pencobaan pada situasi yang sama, saat kita merasa putus asa, saat kita merasa ditinggalkan oleh semua, saat kecemasan, ketakutan, kepahitan dan kegelapan meliputi jiwa dan batin kita dan juga saat kita merasa dijauhkan dari segala penghiburan surgawi. Pada saat inilah kita harus berpaling kepada Yesus yang siap sedia mencurahkan rahmat-Nya dan menemani kita, agar kita tidak perlu melewati semua itu sendirian, sebab Yesus telah menyilihnya pada salib agar kita dapat melewatinya bersama dengan Dia.




45. KEHAUSAN

Yesus sangat kehausan akibat deman dan luka tapi mereka mengabaikan-Nya.


Kegelapan mulai sirna, terang mulai muncul kembali. Yesus nyaris tak sadarkan diri. Tubuh-Nya pucat karena banyaknya darah yang tercurah. Lidah-Nya kering dan Ia berkata , “Aku haus. Tak dapatkah engkau memberi-Ku sedikit air?” Para murid yang berdiri di sekeliling salib menatap Yesus dengan pandangan duka. Yohanes diliputi rasa sesal, “Tak terpikirkan oleh kami untuk melakukannya, ya Tuhan.” Yesus sangat sedih karena merasa diabaikan, “Sahabat-sahabat-Ku juga telah melupakan Aku. Mereka tidak memberi-Ku minum. Dengan demikian genaplah apa yang tertulis mengenai Aku.”


Hingga kini, Yesus masih terus kehausan, tapi bukan haus akan air, melainkan jiwa-jiwa. Yesus haus akan jiwa-jiwa untuk dibawa-Nya kepada keselamatan kekal, dan Yesus mengharapkan kita yang membawakan jiwa-jiwa itu untuk-Nya. Adakah kita akan menanggapi rasa haus Yesus ini atau kita akan mengabaikan-Nya hingga Yesus harus terus menerus kehausan dan bersedih hati? Lihatlah Yesus dalam sakrat maut. Dia menderita sengsara bagi semua jiwa termasuk kita. Dia sungguh haus akan jiwa. Tidak maukah kita mempersembahkan jiwa-jiwa itu bagi Dia?



46. WAFAT DI KAYU SALIB

Yesus menyerahkan Roh-Nya dalam sengsara batin dan fisik yang luar biasa.


Sakrat maut tiba; keringat dingin mengaliri sekujur tubuh-Nya. Yesus berkata, “Sudah selesai.” Lalu sambil mengangkat kepala-Nya, Ia berseru dengan suara nyaring, “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan Roh-Ku.” Lalu, Ia menjatuhkan kepala-Nya dalam sengsara yang hebat dan wafat. Kedua mata-Nya, yang kabur karena darah, tetap setengah terbuka, sementara bibir-Nya yang kering dan pecah-pecah, hanya sebagian terkatup, memperlihatkan lidah-Nya yang bengkak dan berdarah. Tubuh-Nya menjadi kaku, dan kaki-Nya sedikit terpelintir ke satu sisi. Bumi berguncang, bukit Kalvari terbelah membentuk suatu jurang yang dalam antara salib Yesus dan penjahat di sebelah kiri-Nya. Kepala pasukan tersentuh hebat dan dipertobatkan saat itu juga.


Selesailah sudah sengsara Yesus. Ia wafat dalam kondisi fisik dan batin yang amat sangat menderita. Namun inilah kemenangan gemilang atas kodrat dan atas maut. Yesus telah melaksanakan tugas-Nya hingga tuntas demi kita semua. Segala kemuliaan dan hormat dan kuasa bagi Anak Domba Allah untuk selama-lamanya! Kini, giliran kita untuk meneruskan pengorbanan Yesus yang luar biasa ini. Adalah tugas kita untuk memanggul salib hingga tuntas segala tugas yang Tuhan berikan kepada kita. Jangan sia-siakan segala sengsara Tuhan kita. Mari kita kerjakan bagian kita hingga mencapai garis akhir dengan baik.



47. LAMBUNG DITIKAM

Lambung kanan Yesus ditikam dengan tombak dan tembus ke Jantung-Nya.


Para prajurit pembantu mematahkan kaki dan tangan para penjahat yang di salib dengan brutal untuk menewaskan mereka. Ketika sampai pada Yesus, mereka ragu apakah Yesus sungguh telah wafat. Melihat kecemasan para perempuan kudus akan tingkah laku brutal para prajurit itu, wakil kepala pasukan yang tergerak oleh kasih, menyambar tombaknya dan sambil menunggang kuda, menikam lambung kanan Yesus hingga tembus ke jantung dan dada kiri-Nya. Segera darah dan air memancar keluar, mengalir ke suatu lekuk di bukit karang di kaki salib.


Yesus sudah wafar, dan jantung-Nya ditikam hingga keluar air dan darah. Ini adalah peristiwa yang amat menakjubkan. Inilah Kerahiman Ilahi bagi seluruh dunia yang hingga sekarang terus menyapa kita melalui lukisan Kerahiman Ilahi. Air yang menguduskan jiwa-jiwa dan darah yang adalah hidup jiwa-jiwa. Sabda Yesus kepada Santa Faustina, “Kedua sinar ini memancar dari kedalaman belas kasihKu  saat Hati-Ku yang sengsara dibuka oleh sebilah tombak di atas salib. Berbahagialah jiwa yang tinggal dalam naungannya, sebab tangan keadilan Tuhan tidak akan menimpanya.”




48. DALAM PANGKUAN BUNDA MARIA

Bunda Maria menerima Yesus yang diturunkan dari salib ke dalam pelukannya.


Dengan sangat berhati-hati, Nikodemus dan Yusuf Arimatea dengan dibantu kepala pasukan dan wakilnya, menurunkan jenazah Yesus dari kayu salib. Bunda Maria menyambut tubuh Puteranya dengan penuh cinta kasih dan membaringkan-Nya dalam pangkuannya. Dikuasai sepenuhnya oleh cinta dan dukacita yang dahsyat, Maria menunaikan tugas suci mengurapi bagian kepala dan tubuh bagian atas dari Yesus. Bunda Maria membasuh segala luka Yesus dan mengurapinya. Dia memeluk mesra tubuh Puteranya terkasih untuk terakhir kalinya dengan penuh ketabahan dan dukacita sebelum melepasNya pergi untuk dimakamkan.


Tidak ada dukacita manusia yang melebihi dukacita Bunda Maria, sebab ia merasakan segala derita yang dialami Yesus baik derita fisik maupun batin. Pantaslah bila Maria disebut sebagai “penebus serta” sebab memang ia menderita sebesar derita puteranya terkasih. Peran Maria tak dapat dipisahkan dari karya penebusan Yesus sebab dialah sang bunda yang bukan hanya harus menderita hebat tetapi juga senantiasa berdoa bagi orang-orang yang menyiksa Puteranya. Maria adalah keteladanan dari ketabahan, kelemahlembutan dan cinta kasih yang luar biasa. Bunda kita terkasih yang akan selalu merengkuh kita dalam pelukannya dan mengobati segala luka batin kita.



49. DIMAKAMKAN

Yesus di baringkan dalam makam yang masih baru di sebuah taman yang indah.


Para sahabat lelaki Yesus meneruskan pembasuhan atas tubuh Yesus dan mengurapi-Nya. Para perempuan kudus kemudian turut mengurapi dan para lelaki kemudian membungkus tubuh kudus dengan kain linen sesuai adat bangsa Yahudi. Setelah mereka semua berlutut dan menyampaikan salam perpisahan, mereka membawa tubuh Yesus ke dalam makam sembari memadahkan mazmur dengan nada lembut namun sedih. Mereka kemudian membaringkan Yesus ke dalam makam yang masih baru itu, sekali lagi menyampaikan salam perpisahan lalu menutupnya dengan sebuah batu besar.


Pemakaman adalah perpisahan untuk seterusnya. Segala kepedihan tertumpah pada setiap pemakaman di dunia ini, karena pada dasarnya setiap manusia tidak ingin berpisah dari orang yang dicintainya. Yesus wafat dan dimakamkan untuk membawa manusia kepada kehidupan kekal, agar pemakaman tidak lagi menjadi perpisahan untuk seterusnya melainkan perpisahan sementara waktu. Hanya sekejap saja, dan manusia akan berkumpul kembali dengan orang-orang yang dicintainya dalam kehidupan abadi penuh kebahagiaan. Betapa indahnya! Terpujilah Tuhan Yesus yang telah mengalahkan maut bagi kita!




KEBANGKITAN

Sebab Kristus menderita dan wafat

Untuk bangkit dengan jaya

Mengalahkan alam maut

Dan membawa kita ke hidup yang kekal

Di surga mulia. Amin



KEBANGKITAN

Jiwa Yesus bersatu dengan tubuh-Nya dan bangkit dengan mulia.


Pada malam kebangkitan, jiwa Yesus yang begitu cemerlang, berkilau dan gilang gemilang merasuk ke dalam tubuh-Nya sehingga menjadi satu dan bangkit. Kain kafan berjatuhan, seluruh gua makam diterangi cahaya terang benderang. Tubuh Yesus yang telah dimuliakan ini kemudian menembusi batu karang dan keluar dari makam. Yesus mengenakan sehelai mantol lebar yang tampak putih berkilauan dan pada saat yang lain memantulkan ribuan cahaya warna warni yang kemilau. Berkas-berkas cahaya nampak memancar dari luka-luka di tangan dan kaki Yesus, bergerak-gerak seturut gerakan tangan dan kaki-Nya.


Kebangkitan adalah tanda yang tak dapat disangkal bahwa maut telah ditaklukkan. Yesus telah bangkit dengan tubuh yang dimuliakan. Yesus telah menjadi manusia ilahi yang sempurna. Yesus telah membuka jalan keselamatan bagi segenap umat manusia yang kini dapat mengikuti jejak-Nya untuk meninggalkan alam maut menuju surga mulia yang abadi. Sungguh indah penutup dari kisah sengsara Kristus ini, kebangkitan yang jaya. Yesus membukakan pintu surga bagi kita semua. Alleluya, terpujilah Tuhan!

“Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut” (Why 1:18)




PENUTUP dari setiap peristiwa


"Aku telah mengambil sepotong kayu, sebuah salib, sebagai simbol. Aku telah memanggulnya dengan kasih yang besar, demi kebaikan segenap umat manusia. Aku telah menanggung sengsara yang dahsyat agar setiap orang dapat bersukacita bersamaKu. Tetapi sekarang, betapa banyakkah gerangan yang percaya kepada Dia yang sungguh mengasihi kalian dan senantiasa mengasihi kalian? Renungkanlah Aku dalam gambaran Kristus yang berseru dan bersimbah darah. Di sana, dan dengan cara ini, dunia memiliki Aku."


Jika engkau sungguh mengasihi Aku, adakah engkau siap untuk menjadi seperti Aku? Apakah yang akan engkau tolak demi taat kepadaKu, menyenangkanKu, menghiburKu? Prostratiolah hingga mencium tanah dan ijinkanlah Aku menyampaikan beberapa kata kepadamu:


Kiranya KehendakKu menang dalam dirimu!

Kiranya KasihKu meniadakanmu!

Kiranya penderitaanmu memuliakanKu!


(dikte Yesus kepada Catalina Rivas)



 

Postingan populer dari blog ini

Mazmur 91

Rosario Pembebasan

Litani St.Mikael