30-37 Renungan Kisah Sengsara - Jalan Salib

RENUNGAN KISAH SENGSARA

TUHAN KITA YESUS KRISTUS

 

49 Peristiwa/Perhentian dari Taman Zaitun hingga Bukit Kalvari – J.Love

Komunitas Kerahiman Cinta – www.kerahiman-cinta.com

Cetakan ke 1-2015

 

Mantra meditasi cinta kasih ilahi oleh Rm.Maximilian Mito, ErDio

 

1.  Tema penyerahan diri

5 6   1                                  2   3

Aku mengasihi dan menyembahMu Tuhan

3    2  1                                            7    6

Oh Yesus, aku mengasihi dan menyembahMu

5    6    7                                6 5

Engkaulah Sumber Cinta Kasih Allah

5    6   3                                                   5 6  

Ke dalam nyala cintaMu, aku menyerahkan diri

 

2.  Tema pertobatan dan Kerahiman Ilahi

Aku mengasihi dan menyembahMu Tuhan

Oh Yesus, aku mengasihi dan menyembahMu

Engkaulah Sumber Kerahiman Ilahi

Kasihanilah aku orang berdosa ini

 

3.  Tema Penyembuhan dan Penyucian diri

Aku mengasihi dan menyembahMu Tuhan

Oh Yesus, aku mengasihi dan menyembahMu

Engkaulah Sumber Kasih Allah yang menyembuhkan

Sembuhkan dan sucikan daku dengan nyala cintaMu

 

4.  Tema Mohon Kekuatan

Aku mengasihi dan menyembahMu Tuhan

Oh Yesus, aku mengasihi dan menyembahMu

Engkaulah Sumber Cinta Kasih Allah

Nyala cintaMu menyegarkan dan menguatkanku

 

5.  Tema Melupakan diri dan mohon cinta akan Tuhan

Aku mengasihi dan menyembahMu Tuhan

Oh Yesus, aku mengasihi dan menyembahMu

Bakarlah habis cinta diri dalamku

Kobarkan dalam jiwaku cinta akan Dikau dan SalibMu

 

Jalan salib – 8 Peristiwa

Perjalanan memanggul salib dalam keadaan tubuh yang terluka parah sungguh amat berat, namun itulah yang dialami Yesus. Dengan susah payah Yesus memanggul salibNya hingga tiba di Kalvari. Ini adalah perjalanan yang sungguh penuh derita.

 

30. Memanggul salib

31. Jatuh pertama kali

32. Bertemu Bunda Maria

33. Simon Kirene

34. Kerudung Veronika

35. Nubuat bagi Yerusalem

36. Persiapan penyaliban

37. Pakaian di lucuti




30. MEMANGGUL SALIB

Yesus memeluk salib-Nya setengah tak sadarkan Diri di bawah beban salib.


Yesus kembali mengenakan pakaian-Nya sendiri yang sebelumnya dilucuti di tempat Kayafas. Yesus berlutut disamping salib, memeluk dan menciumnya tiga kali. Para prajurit kemudian menarik Yesus dengan kasar untuk membangkitkan-Nya dan meletakkan salib yang berat di pundak-Nya. Yesus berjalan terhuyung-huyung setengah tak sadarkan diri karena kehabisan tenaga, lemas, demam, kehausan dan rasa sakit yang amat akibat luka di sekujur tubuh-Nya. Tangan kiri Yesus terkulai lemas disamping-Nya, sementara mereka menyeret-Nya dengan tali yang diikat di pinggang-Nya.


Beban salib memang berat, apalagi dipanggul dalam kondisi tubuh yang terluka parah. Namun Yesus memaksa diri untuk memanggulnya meski berjalan tertatih. Mari kita meneladani Sang Guru untuk memanggul salib dengan tabah. Bukankah Yesus bersabda, “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” Yesus adalah Guru yang baik. Ia pasti akan menguatkan kita, asal kita tetap setia memanggul salib dan mengikut Dia. Jangan biarkan Yesus memanggul salib kita, sebab kita bukan hanya menyiksa Yesus tetapi kita juga kehilangan hak sebagai murid-Nya.



31. JATUH PERTAMA KALI

Yesus jatuh menghantam batu besar sementara salib jatuh disamping-Nya.


Yesus digiring ditengah cemooh massa yang melempari-Nya dengan lumpur, kotoran dan kerikil tajam. Dalam kondisi yang lemah, tidak heran jika Yesus terjatuh. “Orang-orang itu membangkitkan-Ku dengan cara yang paling brutal. Seorang mencengkeram lengan-Ku, yang lain menarik jubah-Ku yang telah lengket pada luka-luka-Ku, sehingga luka-luka terkoyak lagi. Yang satu merenggut leher-Ku, yang lain menjambak rambut-Ku, lainnya lagi melancarkan pukulan-pukulan mereka dan bahkan tendangan-tendangan mereka yang kuat ke sekujur Tubuh-Ku.” Tidak cukup sampai di situ, mereka kembali menancapkan mahkota duri yang sempat dilepas manakala Yesus mengenakan pakaian-Nya.


Inilah silih sendiri atas setiap dosa pertama yang kita perbuat dalam setiap jenisnya. Namun yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana derita yang dialami Yesus saat mereka membangkitkan-Nya.  Inilah silih atas keengganan  kita untuk bangkit dari keterpurukan dosa kita. Seringkali kita berdalih bahwa tak ada kemampuan untuk bangkit dari dosa tersebut dan dengan nyaman kita terus berkubang di dalamnya, tanpa mau menyadari bahwa Yesus amat menderita karenanya. Ah, betapa kita terus berperan dalam menyiksa Yesus!.



32. BERTEMU BUNDA MARIA

Yesus jatuh lagi, Bunda Maria berlari ke arah Puteranya dan memeluk-Nya.


Maria menunggu arak-arakan Yesus lewat. Pada saat itu, Yesus terjatuh setelah menatap Bunda-Nya penuh kasih. Maria segera menghambur ke arah Yesus tanpa mempedulikan para prajurit yang sedang menganiaya Puteranya. Maria berlutut di samping Yesus dan memeluk-Nya erat-erat. “Bunda-Ku adalah yang paling Aku kasihi di dunia ini, dan bukan saja Aku tak dapat menghiburnya, tetapi keadaan-Ku yang begitu menyedihkan, membuat hatinya berdukacita sedalam dukacita-Ku. Renungkanlah kemartiran dua hati ini. Yang paling dikasihi Bunda-Ku adalah Putranya. Bunda-Ku tidak dapat meringankan sengsara-Ku dan ia tahu bahwa kunjungannya akan membuat dukacit-Ku bertambah parah, namun menambah kekuatan-Ku untuk menggenapi kehendak Bapa.”


Kemartiran dua hati yang sungguh indah. Adalah lebih berat melihat orang yang paling dikasihi menderita ketimbang merasakan penderitaan itu sendiri. Bunda Maria dan Yesus adalah teladan luar biasa yang merelakan orang yang paling mereka kasihi menderita demi manusia lain yang tidak tahu terima kasih dan bahkan menyiksa-Nya. Bagaimana dengan kita? Seringkali kita tidak mau mengorbankan apa yang kita kasihi maupun kesenangan pribadi demi kerajaan Allah bahkan dalam hal-hal yang kecil sekalipun. Betapa kita masih harus berjuang untuk memberantas sikap egois kita ini.




33. SIMON KIRENE

Yesus jatuh lagi sehingga Simon Kirene dipaksa memanggul sebagian salib. 


Beban salib yang berat dan kondisi Yesus yang sudah terluka parah membuat-Nya terjatuh lagi untuk ketiga kalinya. Khawatir jika Yesus tidak dapat mencapai Kalvari dalam keadaan hidup, mereka memaksa Simon Kirene yang kebetulan lewat untuk memanggul sebagian salib Yesus. Simon awalnya menolak dan amat marah, meski ia terpaksa taat. Namun, hati Simon luluh tatkala Yesus menatapnya dengan tatapan surgawi yang begitu lemah lembut. Salib dipanggul berdua. Yesus berjalan di depan sementara Simon dibelakang-Nya.



Simon mewakili karakter orang yang mengikuti Yesus dengan separuh hati. Simon membantu memanggul salib Yesus, namun hanya sebagian. Inilah jiwa-jiwa yang egois dan selalu memikirkan kenyamanan dan kepentingan dirinya sendiri sekalipun mereka mengikut Tuhan. Mereka terlihat sebagai orang saleh dan penuh belas kasih namun mereka masih terikat dengan perkara dan kenikmatan duniawi. Mereka tidak sepenuh hati memanggul salib dan mengikut Yesus. Mungkin, kita termasuk di antara mereka ini, yang kerap menghitung untung rugi dalam mengikuti Yesus, dan ketika penderitaan datang, kita selalu berkeluh kesah dan ingin melemparkan salib itu secepatnya.




34. KERUDUNG VERONIKA

Seorang wanita menerobos prajurit untuk memberikan kerundung kepada Yesus.


Nama wanita yang luar biasa ini adalah Serafia. Ia telah menunggu dengan sabar, dan ketika arak-arakan Yesus lewat, dengan gagah berani Serafia menerobos prajurit dan khalayak ramai, lalu berlutut di hadapan Yesus untuk memberikan kerudung agar Yesus dapat menyeka wajah-Nya. Sebagai ucapan terima kasih, Yesus memberikan gambar wajah-Nya pada kerudung itu yang kemudian dikenal dengan nama “kerudung Veronika”, yang berasal dari kata “vera icon.” (gambar asli)


Serafia mewakili jiwa-jiwa yang berani mengambil resiko apapun demi mengasihi dan menghibur Yesus. Tanpa mempedulikan kepentingan dan kenyamanan diri sendiri, jiwa-jiwa ini melakukan apapun demi menyenangkan hati Yesus. Inilah jiwa-jiwa yang amat menghibur hati Yesus. Jiwa-jiwa yang akan memperoleh Yesus seutuhnya, sebab Yesus amat mengasihi jiwa-jiwa seperti ini. Semoga kita juga mampu menjadi jiwa-jiwa yang sungguh mengasihi Yesus dan pemberani seperti Serafia.



35. NUBUAT BADI YERUSALEM

Yesus menyerukan nubuat bagi Yerusalem, para wanita menangisi Yesus.


Para wanita dan anak-anak menangis meraung-raung melihat kondisi Yesus yang sungguh mengenaskan. Mereka mengulurkan kain guna menyeka wajah-Nya seturut adat bangsa Yahudi. Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: “Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu! Sebab lihat, akan tiba masanya orang berkata: Berbahagialah perempuan mandul dan yang rahimnya tidak pernah melahirkan, dan yang susunya tidak pernah menyusui. Maka orang akan mulai berkata kepada gunung-gunung: Runtuhlah menimpa kami! Dan kepada bukit-bukit: Timbunilah kami! Sebab jikalau orang berbuat demikian dengan kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?


Yerusalem memang dihancurkan beberapa puluh tahun sesudah penyaliban Yesus. Namun nubuat ini juga ditujukan bagi kita yang hidup pada akhir jaman. Ini nubuat tentang pertobatan banyak orang yang pada akhirnya menyadari dan menyesali secara mendalam segala dosa mereka hingga mereka lebih suka ditimpa reruntuhan gunung ketimbang melihat segala dosa mereka yang memuakkan dan hukuman yang pantas untuk itu. Semoga kesadaran ini terjadi pada kita semua yang dengan penuh penyesalan menjatuhkan diri di kaki Sang Penebus atas semua dosa yang telah kita lakukan dan betapa kita telah membuat-Nya menderita sengsara begitu dahsyat.





36. PERSIAPAN PENYALIBAN

Yesus dihempaskan dan diukur pada salib lalu dijebloskan ke dalam gua.


Yesus masih terjatuh lagi keempat, kelima dan keenam dalam perjalanan. Ia jatuh ketujuh kalinya saat tiba di Kalvari. Mereka kemudian menyeret-Nya dengan tali yang terikat di pinggang-Nya dan memaksa-Nya berdiri. Setelah itu, Yesus yang sudah amat kepayahan dan tak mampu berdiri tegak, dihempaskan dengan bengis ke atas salib untuk diukur. Setelah selesai, mereka menggiring-Nya ke sebuah gua dan mendorong-Nya dengan kasar sehingga Yesus jatuh membentur lantai batu yang kasar. Jika bukan karena pertolongan surgawi maka kedua kaki Yesus telah patah karena kerasnya dorongan itu.


Mereka mempersiapkan “tahta penghinaan” untuk Yesus dengan cermat sekaligus memperlakukan Yesus dengan brutal. Seringkali kita juga mempersiapkan tahta penghinaan Yesus dengan seksama, yakni: ketika kita melakukan segala upaya dan pekerjaan duniawi dengan sepenuh hati di atas kepentingan kerajaan Allah. Ketika kita menghabiskan waktu untuk pekerjaan duniawi kita dan mengesampingkan pekerjaan surgawi kita. Mari kita renungkan, berapa jam dalam sehari kita berdoa, membaca kitab suci, dan berbuat kasih? Dan berapa lama kita melakukan pekerjaan duniawi kita dalam sehari? Apakah kita mengingat Tuhan dalam setiap pekerjaan kita? Ataukah kita mendorong-Nya ke dalam gua saat kita sibuk dengan urusan duniawi kita?




37. PAKAIAN DILUCUTI

Yesus dilucuti dari semua pakaian-Nya Ia teramat kesakitan dan kepayahan.


Mereka dengan kasar menanggalkan semua pakaian Yesus yang sebagian tertancap pada luka-luka-Nya. Hal ini membuat luka-luka-Nya terkoyak kembali dan menimbulkan rasa sakit yang amat. Mereka juga melepas mahkota duri agar jubah Yesus yang sempit dapat dilepas, namun kemudian mereka menancapkannya kembali. Perbuatan ini sungguh melukai kepala kudus Yesus dan membuat-Nya kesakitan. Betapa Yesus disiksa dan dipermalukan dengan ditelanjangi di hadapan para musuh-Nya. Untunglah Yesus mendapatkan kain linen dari Bunda Maria yang kemudian dililitkan pada pinggang-Nya agar tidak benar-benar telanjang.



Inilah silih bagi segala dosa keasusilaan. Atas semua kelakuan pendosa yang tidak tahu malu mempertontonkan aurat mereka dan menelanjangi diri mereka di muka umum dengan segala perbuatan mesum dan perbuatan yang bertentangan dengan kesopanan. Silih atas segala perbuatan tercela yang dilakukan tanpa malu dan tanpa rasa bersalah secara terang-terangan di muka umum. Atas segala perbuatan tidak bermoral dan tidak bertanggung jawab dan yang seringkali dilakukan dengan penuh percaya diri, tanpa rasa risih, tanpa rasa bersalah, bahkan tak jarang mereka justru membanggakan diri.



PENUTUP dari setiap peristiwa


"Aku telah mengambil sepotong kayu, sebuah salib, sebagai simbol. Aku telah memanggulnya dengan kasih yang besar, demi kebaikan segenap umat manusia. Aku telah menanggung sengsara yang dahsyat agar setiap orang dapat bersukacita bersamaKu. Tetapi sekarang, betapa banyakkah gerangan yang percaya kepada Dia yang sungguh mengasihi kalian dan senantiasa mengasihi kalian? Renungkanlah Aku dalam gambaran Kristus yang berseru dan bersimbah darah. Di sana, dan dengan cara ini, dunia memiliki Aku."


Jika engkau sungguh mengasihi Aku, adakah engkau siap untuk menjadi seperti Aku? Apakah yang akan engkau tolak demi taat kepadaKu, menyenangkanKu, menghiburKu? Prostratiolah hingga mencium tanah dan ijinkanlah Aku menyampaikan beberapa kata kepadamu:


Kiranya KehendakKu menang dalam dirimu!

Kiranya KasihKu meniadakanmu!

Kiranya penderitaanmu memuliakanKu!


(dikte Yesus kepada Catalina Rivas)


Postingan populer dari blog ini

Mazmur 91

Rosario Pembebasan

Litani St.Mikael