18-29 Renungan Kisah Sengsara - Siksaan Pagi
RENUNGAN KISAH SENGSARA
TUHAN KITA YESUS
KRISTUS
49
Peristiwa/Perhentian dari Taman Zaitun hingga Bukit Kalvari – J.Love
Komunitas Kerahiman
Cinta – www.kerahiman-cinta.com
Cetakan ke
1-2015
Mantra meditasi
cinta kasih ilahi oleh Rm.Maximilian Mito, ErDio
1.Tema penyerahan diri
5 6 1 2 3
Aku mengasihi dan menyembahMu Tuhan
3 2 1 7 6
Oh Yesus, aku mengasihi dan menyembahMu
5 6 7 6 5
Engkaulah Sumber Cinta Kasih Allah
5 6 3 5 6
Ke dalam nyala cintaMu, aku menyerahkan diri
2.Tema pertobatan dan Kerahiman Ilahi
Aku mengasihi dan menyembahMu Tuhan
Oh Yesus, aku mengasihi dan menyembahMu
Engkaulah Sumber Kerahiman Ilahi
Kasihanilah aku orang berdosa ini
3. Tema Penyembuhan dan Penyucian diri
Aku mengasihi dan menyembahMu Tuhan
Oh Yesus, aku mengasihi dan menyembahMu
Engkaulah Sumber Kasih Allah yang menyembuhkan
Sembuhkan dan sucikan daku dengan nyala cintaMu
4.Tema Mohon Kekuatan
Aku mengasihi dan menyembahMu Tuhan
Oh Yesus, aku mengasihi dan menyembahMu
Engkaulah Sumber Cinta Kasih Allah
Nyala cintaMu menyegarkan dan menguatkanku
5.Tema Melupakan diri dan mohon cinta akan Tuhan
Aku mengasihi dan menyembahMu Tuhan
Oh Yesus, aku mengasihi dan menyembahMu
Bakarlah habis cinta diri dalamku
Kobarkan dalam jiwaku cinta akan Dikau dan SalibMu
1 Siksaan pagi – 12 Peristiwa
Sebelum dijatuhi hukuman mati, Yesus harus melalui serangkaian pengadilan dan penyiksaan. Yang paling berat adalah penderaan ala romawi yang sebenarnya dimaksudkan Pilatus untuk membebaskan Yesus.
18. Perjalanan ke Pilatus
19. Di hadapan Pilatus
20. Di istana Herodes
21. Barabas dibebaskan
22. Diikat pada pilar
23. Punggung di cambuk
24. Tubuh depan didera
25. Terkapar bermandikan darah
26. Dimahkotai duri
27. Lihatlah manusia itu
28. Dijatuhi hukuman mati
29. Yudas menggantung diri
18. PERJALANAN KE PILATUS
Yesus dilucuti, dirantai, dibelenggu, diseret dan dihina sepanjang jalan.
Pakaian Yesus dilucuti. Tangan-Nya dibelenggu. Suatu rantai panjang tergantung dikeliling leher-Nya, memukul kedua lutut-Nya saat Ia berjalan. Yesus diseret dengan tali tampar yang diikatkan dipinggang-Nya. Yesus disiksa sepanjang jalan. Ia dicemooh, diludahi dan dipukuli. Wajah Yesus nyaris tak dapat dikenali akibat siksa dan aniaya sepanjang malam. Kaki-Nya bengkak dan berdarah. Yesus lebih tepat dikatakan terhuyung-huyung daripada berjalan. Ia menjadi tontonan dan hinaan sepanjang perjalanan.
Raja segala raja sudi diseret sepanjang jalan dengan dihinakan begitu rupa. Adakah teladan kerendahan hati yang lebih dari ini? Orang-orang yang dulu memuja-Nya, yang dulu ditolong-Nya hanya diam menonton-Nya. Persis seperti kita saat ini yang hanya diam saat kebenaran dianiaya. Kita yang ikut membelenggu-Nya dengan rantai kebencian dan tak tahu terima kasih. Kita sesungguhnya turut menyeret Yesus dengan segala dosa kesombongan dan keangkuhan hidup. Yesus direndahkan karena kita begitu tinggi hati. Ia dicemooh dan diludahi karena sikap kita yang tidak tahu terima kasih.
19. DI HADAPAN PILATUS
Yesus memberi kesaksian akan diri-Nya di hadapan Pilatus.
Pilatus sungguh gusar dengan para musuh Yesus yang memperlakukan-Nya begitu keji. Sebaliknya, ia terpesona akan pembawaan Yesus yang begitu tenang dan agung. Pilatus menanyai Yesus secara pribadi dan Yesus memberi kesaksian akan diriNya, “Engkau sendiri mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran. Setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suaraKu, tetapi kerajaan-Ku bukan dari dunia ini.” Pilatus yang bimbang akhirnya mengirim Yesus kepada Herodes sebab Yesus orang Galilea.
Pilatus adalah gambaran dari jiwa-jiwa yang menyadari akan gerakan rahmat, namun membiarkannya berlalu karena takut ditertawakan, karena berbagai logika dan pemikiran duniawi yang penuh nafsu. Pilatus mewakili jiwa-jiwa yang penuh keraguan dan kebimbangan, yang takut menyuarakan kebenaran dan keadilan. Namun Yesus memberikan kesaksian di hadapan Pilatus agar setiap umatNya dapat turut berkata, “kerajaanku bukan dari dunia ini.”, dan menyadari dengan sungguh hati, bahwa kita memang tidak berasal dari dunia ini dan oleh karenanya kita tidak mencari kebahagiaan di dunia ini.
20. DI ISTANA HERODES
Yesus tak menjawab Herodes sepatah kata pun sehingga Ia dianiaya dan diolok.
Herodes yang sudah lama ingin bertemu Yesus sangat senang dengan kedatangan Yesus, namun Ia kecewa manakala Yesus tak menjawab sepatah kata meskipun Herodes mencecar-Nya dengan seribu satu pertanyaan. Herodes kemudian menyerahkan Yesus kepada orang-orangnya untuk diperolok sebagai orang tolol. Sebuah jubah ungu panjang dililitkan di leher-Nya lalu mereka mempermainkan dan menyiksa Yesus. Memukul kepala-Nya hingga Ia jatuh terkapar. Jika Yesus tidak memperoleh pertolongan surgawi pastilah Ia sudah wafat karena kelakuan keji mereka.
Sungguh banyak dari antara kita yang bersikap seperti Herodes. Ketika kita kecewa oleh karena doa-doa kita yang tidak terjawab, kita menjadi marah kepada Yesus dan memperlakukan Yesus seperti orang tolol yang tidak sanggup menyelesaikan masalah kita. Yesus adalah Tuhan. Namun kita sering menganggap Yesus sebagai budak yang harus menuruti segala permintaan dan keinginan kita, dan bila tidak ada dari doa kita yang dijawab, maka kita menyiksa Yesus dengan kemarahan kita pada-Nya. Bahkan , kita memukul-Nya jatuh dengan penolakan kita terhadap kasih-Nya.
21. BARABAS DIBEBASKAN
Rakyat meminta Barabas dan Yesus dihukum mati.
Herodes menyerahkan Yesus kembali kepada Pilatus dengan jubah ungu panjang yang dipakaikan seperti seorang tolol. Pilatus berusaha membebaskan Yesus dengan menawarkan pembebasannya yang merupakan kebiasaan pada Hari Raya Paskah. Namun rakyat yang sudah disuap oleh orang-orang Farisi meminta pembebasan Barabas dan meminta agar Yesus disalibkan. Pilatus akhirnya membebaskan Barabas dan kemudian berikhtiar untuk mendera Yesus dan melepaskan-Nya.
Setiap kali kita mendahulukan perbuatan dosa dan tidak mendengarkan seruan kasih, saat itulah kita sebenarnya telah membebaskan Barabas dan menahan Yesus untuk disalibkan. Padahal Yesus sungguh tidak layak dipersandingkan dengan Barabas. Betapa kemartiran hati Yesus yang merelakan diri-Nya direndahkan begitu rupa. Namun, betapa kejinya kita yang memilih dosa ketimbang Yesus dan ini bukan perbuatan sekali dua kali tetapi sungguh sering kita lakukan meskipun dalam bentuk dosa yang kecil-kecil
22. DIIKAT PADA PILAR
Yesus dilucuti dan direnggangkan sepanjang pilar dalam kondisi demam.
Yesus digiring ke praetorium dalam keadaan menggigil gemetar karena demam. Para algojo mencampakkan Yesus hingga membentur pilar yang berdiri di tengah praetorium itu. Mereka mengoyakkan jubah ungu Herodes, sementara Yesus melepaskan pakaiannya sendiri dan kemudian melingkarkan tangan-Nya pada pilar. Kedua tangan-Nya diangkat sampai ke puncak pilar sementara kaki-Nya dibelenggu erat di dasar pilar. Tubuh Yesus direnggangkan sepanjang pilar yang digunakan untuk menghukum para penjahat besar.
Betapa tubuh yang mulia direnggangkan dengan keji pada pilar yang dingin. Yesus sungguh dipermalukan dan menjadi tontonan khalayak ramai. Inilah silih yang harus ditanggung Yesus akibat kedurhakaan manusia yang suka mempertontonkan kemolekan tubuh mereka. Yang suka mempertontonkan kekayaan, kekuasaan dan kehebatan mereka. Silih atas manusia yang suka mempermalukan dan menghina orang lain.
23. PUNGGUNG DICAMBUK
Yesus dicambuk dengan tiga macam alat yang menghancurkan punggung-Nya.
Yesus dicambuk dengan tiga macam alat selama masing-masing 15 menit. Cambuk pertama terbuat dari semacam kayu putih lentur. Yesus menggeliat kesakitan saat mereka mencambuk-Nya. Cambuk kedua semacam tongkat berduri yang bertabur simpul dan ujung runcing. Alat ini merobek serta mengoyak daging-Nya. Darah muncrat membasahi tangan para algojo. Cambuk ketiga terdiri dari rantai kecil dengan kait-kait besi yang mencabik potongan daging setiap kali dicambukkan. Sungguh tak terbayangkan rasa sakit yang diderita Yesus. Sekujur tubuhnya penuh luka yang mengerikan.
Yesus sungguh kesakitan akibat siksa ngeri yang menghancurkan tubuh-Nya ini. Betapa ngeri membayangkan bahwa kita turut serta menjadi algojo dalam peristiwa ini! Penghinaan kita pada Sakramen MahaKudus, yang adalah tubuh dan darah Kristus adalah sama dengan penyiksaan ini. Demikian juga dengan perpecahan gereja yang sungguh mengoyak Tubuh Yesus. Deraan cambuk adalah dosa-dosa yang ditujukan langsung kepada Tuhan seperti ketidaktaatan, kemurtadan dan pengabaian atas perintah-Nya. penyembahan berhala modern seperti klenik, uang dan segala hal yang kita perlakukan lebih penting dari Tuhan.
24. TUBUH DEPAN DIDERA
Wajah dan bagian depan tubuh Yesus didera dan dihajar dengan tongkat.
Tak cukup puas dengan meremukkan tubuh bagian belakang, mereka membalik Tubuh Yesus dan mendera bagian depan tubuh-Nya selama tigaperempat jam. Seorang di antara mereka menghajar muka Yesus bertubi-tubi dengan sebatang tongkat. Yesus memandang para penganiaya-Nya dengan mata bersimbah darah memohon belas kasihan, tetapi mereka semakin brutal dan erangan Yesus semakin lirih. Tubuh Yesus kini bagaikan sebuah luka yang besar. Betapa sakit. Betapa mengerikan.
Inilah dosa yang dilakukan oleh Gereja Kudus, umat Kristiani yang amat dikasihi-Nya. Secara khusus pula ini adalah silih atas dosa-dosa yang dilakukan oleh para mempelai-Nya terkasih. Mereka yang telah diangkatnya menjadi imam , para rohaniwan dan rohaniwati. Pengingkaran atas kaul kekal dan imamat sungguh merupakan pukulan berdarah pada wajah Yesus. Wahai kaum beriman, gereja Kudus yang begitu dicintai oleh Yesus, mengapa tega mendera Yesus sedemikian parah? Bahkan setelah bagian belakang tubuhnya didera! Tidakkah ada sesal mendalam di hati kita merenungkan ini semua?
25 TERKAPAR BERMANDIKAN DARAH
Yesus terkapar bermandikan darah, malaikat memberi-Nya minuman surgawi.
Seorang laki-laki yang tidak tega melihat Yesus disiksa memotong tali temali yang membelenggu Yesus ke pilar. Yesus jatuh terkapar nyaris tak sadarkan diri di atas lantai yang basah oleh darah-Nya. Seorang malaikat datang dan memberinya minuman dalam sebuah bejana yang memulihkan tenaga-Nya hingga tingkat tertentu. Para prajurit datang dan memaksanya bangkit berdiri dengan pukulan. Dengan teramat susah payah Yesus berusaha bangkit. Tungkai Yesus gemetar nyaris tak sanggup menahan berat tubuh-Nya sementara Ia berjalan menuju tempat penyiksaan berikutnya.
Penundukan kodrat yang dilakukan Yesus sungguh luar biasa. Yesus menjalani segala sengsara ngeri dan rasa sakit yang amat sangat tanpa sedikitpun mengeluh. Tidak sedikitpun juga Ia menggunakan kuasa yang masih dimiliki-Nya untuk meringankan penderitaan-Nya. Banyak orang bertahan dalam penderitaan karena memang tidak memiliki pilihan lain, tetapi jika dengan sebuah tindakan mudah kita dapat melepaskan diri dari penderitaan, apakah kita akan sanggup bertahan untuk tetap menderita? Yesus telah memberikan teladan pengendalian diri yang sungguh luar biasa.
26. DIMAHKOTAI DURI
Yesus disiksa dan dimahkotai duri dalam kondisi deman dan gemetar.
Dengan suatu sorongan yang kuat, mereka mendudukkan Yesus di atas sebuah bangku pendek yang telah ditaburi kerikil tajam dan serpihan tembikar. Mereka kemudian menancapkan mahkota duri di atas kepala Yesus dan menekannya kuat-kuat hingga darah mengalir. Yesus menangis dalam bisu oleh karena sakit yang amat sangat. Tubuh-Nya demam dan gemetar. Lidah-Nya lekat ke langit-langit akibat kehausan yang hebat. Namun mereka masih terus saja memukuli dan mencemooh-Nya. Sungguh keterlaluan.
Tak terbayangkan derita Yesus saat itu. Dengan tubuh yang hancur remuk akibat deraan cambuk, masih juga Yesus disiksa terus menerus dalam kondisi yang sakit. Betapa jahatnya mereka! Namun mereka hanya melakukan sesuai perintah kita. Ya, kitalah yang menyebabkan mereka bertindak demikian. Mahkota duri adalah silih bagi segala dosa kesombongan duniawi dan kesombongan rohani kita. Segala siksa yang bertubi itu adalah silih atas dosa yang terus menerus kita lakukan tanpa jeda. Lalu, siapa sebenarnya yang lebih jahat, kita atau mereka?
27. LIHATLAH MANUSIA ITU
Yesus dihadapkan kepada rakyat yang terus menuntut kematian-Nya.
Yesus digiring kembali ke hadapan Pilatus. Kondisi Yesus sungguh sangat mengenaskan hingga Pilatus tergoncang oleh rasa ngeri dan belas kasihan. Pilatus membawa Yesus keluar ke hadapan rakyat untuk menunjukkan bahwa Yesus tidak bersalah “Ecce homo! Lihatlah manusia itu!” seru Pilatus kepada rakyat yang segera dibalas dengan teriakan, “Salibkan Dia, salibkan Dia!” Pilatus terus berusaha meyakinkan massa atas ketidakberdosaan Yesus, namun mereka bahkan semakin beringas.
Inilah citra Allah yang telah dinodai oleh dosa manusia. Inilah Raja Segala Raja yang tampil dalam keadaan yang amat mengenaskan, dan rakyat tidak mengenali-Nya. Mereka menolak tawaran Pilatus untuk berbelas kasih kepada Yesus kendati kondisi Yesus sungguh memilukan. Inilah gambaran dari sikap keras kepala manusia yang membuat cinta menjadi benci, berkat menjadi kutuk dan keselamatan menjadi kehancuran. Sikap keras kepala yang masih terus menjadi bagian dari umat manusia dan mungkin termasuk kita. Betapa ngeri bahwa kita mungkin termasuk di antara rakyat yang menyerukan penyaliban Yesus.
28. DIJATUHI HUKUMAN MATI
Yesus dijatuhi hukuman mati oleh Pilatus karena dorongan rakyat.
Setelah menyadari bahwa segala usahanya sia-sia saja, Pilatus yang takut didakwa di hadapan Kaisar, akhirnya menyerah dan meskipun sadar bahwa Yesus tidak bersalah, ia menjatuhkan hukuman mati atas-Nya dengan disalibkan. Pilatus kemudian membasuh tangan di hadapan rakyat seraya berkata, “Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini, itu urusanmu sendiri.” maka rakyat yang beringas menjawab, “Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan anak-anak kami”.
Pilatus adalah hakim yang pengecut, yang hanya mencari keselamatan diri sendiri dan mengabaikan kebenaran dan keadilan. Dia bahkan tidak mau ikut menanggung dosa atas hukuman mati yang ia putuskan. Betapa tidak bertanggung jawabnya orang ini! Pernahkah kita berlaku seperti Pilatus? Atau mungkin kita juga menjadi bagian dari rakyat yang dengan senang hati menanggungkan dosa kepada diri sendiri dan keturunan kita demi memuaskan nafsu duniawi? Kutuk mengerikan itu telah membuat bangsa Yahudi tercerai berai dan menderita selama hampir dua ribu tahun.
29. YUDAS MENGGANTUNG DIRI
Yesus berduka cita atas kebinasaan abadi Yudas yang melakukan bunuh diri.
Yudas terus-menerus diliputi oleh perasaan bersalah atas penghianatannya yang menyebabkan Yesus dihukum mati. Rasa sesal dan putus asa akhirnya membuat Yudas nekat gantung diri di sebuah pohon. Kematian Yudas sungguh mendukakan Yesus. “Siapakah gerangan yang akan dapat memahami betapa hancur luluh hati-Ku ketika aku melihat jiwa itu melemparkan dirinya ke dalam kebinasaan abadi? Ia yang telah melewatkan tiga tahun lamanya di sekolah kasih-Ku, menerima pengajaran-Ku, dan begitu banyak kali mendengarkan bibir-Ku mengucapkan kata-kata pengampunan kepada para pendosa. Yudas, mengapa engkau tidak datang dan melemparkan dirimu di bawah kaki-Ku agar Aku dapat mengampunimu?”
Kita mungkin kerap berpikir bahwa orang jahat sepantasnya masuk ke dalam neraka, namun Yesus berpikir sebaliknya. Yesus telah menderita sengsara hebat dan wafat untuk setiap jiwa. Yesus benci dosa namun sangat mencintai pendosa. Ia sungguh mencintai setiap jiwa dan menginginkan keselamatannya. Pertobatan adalah sebuah tindakan yang amat indah. Jangan pernah ragu untuk bertobat dan tersungkur di bawah kaki-Nya. Yesus amat bersukacita dengan jiwa yang mau bertobat. Bahkan seisi surga bermadah gembira. Maka mari kita mengusahakan pertobatan bagi diri kita maupun bagi orang lain, demi Yesus tercinta yang telah wafat bagi kita.
PENUTUP dari setiap peristiwa
"Aku telah mengambil sepotong kayu, sebuah salib, sebagai simbol. Aku telah memanggulnya dengan kasih yang besar, demi kebaikan segenap umat manusia. Aku telah menanggung sengsara yang dahsyat agar setiap orang dapat bersukacita bersamaKu. Tetapi sekarang, betapa banyakkah gerangan yang percaya kepada Dia yang sungguh mengasihi kalian dan senantiasa mengasihi kalian? Renungkanlah Aku dalam gambaran Kristus yang berseru dan bersimbah darah. Di sana, dan dengan cara ini, dunia memiliki Aku."
Jika engkau sungguh mengasihi Aku, adakah engkau siap untuk menjadi seperti Aku? Apakah yang akan engkau tolak demi taat kepadaKu, menyenangkanKu, menghiburKu? Prostratiolah hingga mencium tanah dan ijinkanlah Aku menyampaikan beberapa kata kepadamu:
Kiranya KehendakKu menang dalam dirimu!
Kiranya KasihKu meniadakanmu!
Kiranya penderitaanmu memuliakanKu!
(dikte Yesus kepada Catalina Rivas)